GURU-GURU SMA THERESIANA 2 SEMARANG

GURU-GURU SMA THERESIANA 2 SEMARANG
poto bersama dengan yafed simalye sebuah kenang-kenangan untuk saya dan guru2 saya.

Rabu, Mei 28, 2014


Demi Sekolah, Sang Ayah rela menggendong anaknya sejauh 28 km ke sekolah. 

 TELEPE MARIKLAH KUPERSEMBAHKAN PERJUANGAN SAYA WAKTU SD:

  •  

     

     

     

     

     

    YESI . YESI SIMALYE

    PUTRA TELEPE

    MARIKLAH,PAMEK  

(Pamek ) , seorang ayah penuh pengabdian asal Mariklah_ Pegunungan ini selalu menggendong anaknya Yesi Yafed simalye,seorang masih kecil,sabab harinya agar anaknya itu  bisah bersekolah meskipun  harus menempuh jarakse jauh 28 kilometer.
Matius selalu mendorong anaknya supaya bisa sekolah agar merai cita - cita masa depan anaknya Yafed Yafeds dengan menempatkannya di sebuah Tas papua  disiapkan untuk siap bekal seperti makanan supaya dalam perjalan tidak rasa Lapar dan tidak membosankan anakmya. dirancang khusus diikatkan ke punggungnya, seperti dilansir surat kabar Harian Peg. Bintang(28/5/2014).
Pria 40 tahun asal Desa Mariklah, Wilayah Ketengban, Provinsi  Jayapura, sebelah  Timur daya Papua, sekitar 3.218 kilometer sebelah Barat Yahukimo, itu menolak untuk menyerah terhadap pendidikan anak laki-lakinya sekarang berusia 9 tahun itu, meskipun faktanya kedua tangan dan kakinya belum bisa berjalan sensiri, dan akhirnya ayah keputusan mengendong anaknya punggungnya sudah sakit - sakitan .
"Saya tahu anak saya tidak bisa berjalan sendiri fisik, tapi tidak ada masalah dengan pikirannya. Namun, saya tidak bisa menemukan sekolah di sini dengan fasilitas yang dapat menerima dia dan selalu ditolak. Bahkan satu-satunya tempat di mana saya bisa mendapatkan tempat baginya adalah di Sekolah Dasar Eipomek, di didesa Londinin, yang berjarak delapan kilometer jauhnya," kata Matius.
Dia telah berpisah dengan istrinya sembilan tahun lalu ketika Matius  berusia tiga tahun, dan memutuskan untuk membesarkan anaknya sendirian.
Matus mengatakan dirinya bertekad agar anaknya itu tidak susah meski dibesarkan oleh satu orangtua dan dia ingin memberinya kesempatan terbaik.
Karena tidak ada bus sekolah dan transportasi umum yang cocok, Matius kemudian memutuskan satu-satunya cara untuk memastikan anaknya tetap bersekolah adalah dengan menggendongnya setiap hari baik saat mengantarkan dan menjemput Yafed dari sekolah.
"Saya telah menggendong dia baik saat pulang maupun pergi ke sekolah sejak September tahun lalu, setiap pagi saya bangun jam lima untuk mempersiapkan makan siangnya dan kemudian saya berjalan sejauh 7,2 kilometer ke sekolah, dan kemudian kembali ke rumah sehingga saya bisa bekerja untuk mendapatkan uang. Saya kemudian jalan kembali ke sekolah untuk menjemput anak saya dan membawa dia pulang," ujar dia.
Xukang mengatakan dia memperkirakan dirinya telah berjalan sekitar 2.574 kilometer dengan naik turun perbukitan.
"Anak saya tunadaksa, ini berarti dia dalam posisi tidak bisa berjalan dan tidak bisa naik sepeda sendiri. Meskipun sudah 12 tahun, tingginya hanya 90 sentimeter. Tapi saya bangga dengan fakta dia menjadi murid pandai di kelasnya dan saya tahu dia akan mencapai hal-hal besar. Impian saya adalah dia akan masuk ke universitas," ucap dia.
Setelah pengabdian Xukang dengan menggendong anaknya setiap hari ke sekolah terungkap di media lokal, pemerintah setempat mengumumkan pihaknya akan menyewakan sebuah kamar untuk dia dalam waktu dekat. (WH/Bib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar